Mengapa Mahasiswa Gunadarma Harus Memiliki Keunggulan Komperatif??
Orientasi studi, sesungguhnya memiliki dua kepentingan
sekaligus. Yaitu sebagai forum pengenalan terhadap institusi pendidikan tinggi,
fakultas dan program studi beserta seluruh pernak-pernik pembelajaran khas
pendidikan tinggi. Selain itu juga pengenalan terhadap organisasi kemahasiswaan
dengan segenap hal ikhwal yang terkait dengannya.
Pertanyaannya, mengapa harus ada masa orientasi studi, apakah
tidak cukup dengan langsung memasuki studi. Di sini terdapat dua alasan. Pertama, menjadi
mahasiswa baru merupakan masa peralihan dari masa remaja dengan sistem
pembelajaran khas pendidikan menengah, di mana penguasaan unsur kognisi jauh
lebih kuat. Masa remaja di SLTA merupakan masa di mana program pembelajarannya
belum mandiri.
Kedua, alasan tradisi. Masa orientasi studi adalah tradisi yang
melazimi seluruh dunia pendidikan tinggi. Bahkan sekarang juga dilakukan oleh
pendidikan menengah. Di dalam tradisi ini, maka banyak unsur yang
terlibat, misalnya mahasiswa senior, para pembimbing, pendamping dan seluruh
komponen kepanitiaannya. Di sini berlaku hukum senior dan yunior. Mahasiswa
lama dan mahasiswa baru. Pembimbing dan yang dibimbing. Mahasiswa baru dianggap
sebagai bagian dari orang baru yang harus melakukan sesuatu sesuai dengan
ritual masa orientasi studi.
Masa orientasi studi sudah terjadi dalam rentangan sejarah
kemahasiswaan yang sangat panjang. Bahkan dulu, masa orientasi studi
tersebut sarat dengan kekerasan. Bayangkan mahasiswa baru harus membawa kodok,
jengkerik, bekicot dan lainnya. Jika mahasiswa baru melakukan kesalahan,
misalnya terlambat, maka tidak jarang mereka dihukum dengan hukuman
pisik. Push up, lari, jalan jongkok, jalan dengan satu kaki, dan
sebagainya.
Bahkan tidak jarang panitia masa orientasi studi mahasiswa baru
memperoleh teguran dari pimpinan perguruan tinggi. Sebab memang banyak keluhan
orang tua mahasiswa mengenai tindakan kekerasan dalam acara ini. Makanya tidak
jarang pimpinan perguruan tinggi memberikan panduan secara tegas tentang
pelaksanaan orientasi studi.
Acara ritual tahunan ini sesungguhnya harus menjadi medan untuk
memperkenalkan dunia pendidikan tinggi yang semakin kompetitif. Oscar bagi kita
memiliki makna yang sangat mendalam yaitu memahami tugas dan kewajiban sebagai
mahasiswa. Banyak yang hanya menganggap Oscar hanyalah ritual tahunan yang
perlu dilaksanakan akan tetapi makna terdalamnya menjadi tererosi.
Bagi kita yang sangat mendasar dari Oscar adalah sebagai
medium untuk mengingatkan mahasiswa baru bahwa tugas dan kewajiban utama
dating ke perguruan tinggi adalah untuk mempelajari ilmu pengetahuan sesuai
dengan bidang studinya. Tidak ada kata tidak di dalam proses mengikuti
pendidikan tersebut.
Bukankah masa depan kita adalah milik kita. Jika tidak
dipersiapkan sedari sekarang, kita menjadi khawatir bahwa kita akan terlambat.
Makanya, semua harus memiliki kesadaran bahwa di tengah dunia kompetisi yang
sangat ketat seperti sekarang, maka harus ada pemihakan lembaga dan juga subyek
di dalam lembaga tersebut untuk terus memperbaiki kualitas, sehingga kita akan
memiliki keunggulan kompetitif dan bukan hanya keunggulan komperatif.
Mahasiswa yang unggul tentu ditandai dengan kemampuan menguasai
bidang kajiannya masing-masing dan kemudian juga memiliki kelebihan lain yang
relevan dengan kebutuhan kehidupan dunia masyarakat dan kerjanya. Jika kita
bisa menguasai bidang kajian yang kita pelajari, dan kemampuan tersebut
memiliki keunggulan kompetitif, maka berarti kita telah menyumbangkan indeks
kompetisi bangsa.
Oleh karena itu, mahasiswa Gunadarma harus memiliki kesadaran
untuk berkompetisi di tengah kehidupan yang semakin keras ini. Jika tidak
memiliki kesadaran tersebut, maka mereka akan tertinggal. Tentu tidak ada di
antara kita yang sependapat bahwa tertinggal merupakan peristiwa lumrah. Semua
harus berpacu dengan waktu.
Maka, siapa yang bisa menyelesaikan pendidikan tepat waktu
–empat tahun—adalah mereka yang berhasil mengamalkan ayat al-Qur’an,
surat al asyr: “wa al-asyri, inna al-insana lafi khusrin”. Demi
waktu, sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi. Jika untuk menjadi S1
membutuhkan waktu empat tahun, dan kemudian kita tidak menyelesaikannya dalam
rentanganwaktu tersebut, maka kita termasuk manusia yang merugi.
Oleh karena itu, Oscar bisa menjadi instrumen pengingat
bagi kita semua untuk menyadari tugas dan kewajiban yang diamahkan oleh orang
tua kita untuk belajar dan agar dimanfaatkan kesempatan belajar tersebut secara
maksimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar